Postingan

Menampilkan postingan dari Desember 24, 2017

Malam Buta

Setelah tak kudapatimu di dalam hati Kumencari-carimu dalam pikiran Kutemukanmu sekejap saja Namun dalam bentuk kenangan Kulupa telah merelakanmu pergi Jauh sebelum kau isyaratkan hal serupa Lalu kutertawai kekhilafanku Sebab mencuri ingatan tentangmu Di malam buta, lagi

Pergilah

Aku membayangkan Bagaimana hari-hari berlalu Tanpa peroleh sedikit pun kabar darimu Sekuat tenaga Aku memaksa agar kau tak berubah walau sedikit Nyatanya semua sia-sia Kau dengan tanpa penjelasan Adalah alasan itu sendiri Pergilah Sejauh mungkin 

Malam Gulita

Malam sepi Ia rindu kekasihnya Yang jauh dan semakin jauh Tak hanya soal jarak Rentang perasaan tak lagi sedekat dulu Padahal ia butuh pelukan Atau sekadar sapa pun tak mengapa Malam gulita Dikutuknya perasaan Andai ia bisa melupa Takkan dibiarkan hatinya terluka Malam menghitam Segalanya begitu rapuh Air mata tak hanya luruh Harapnya pun kini runtuh

Dunia Modern yang Nyeleneh

Dunia modern kini semakin gila memperlakukan perempuan. Orang-orang yang hidup di dalamnya, tidak peduli laki-laki ataupun perempuan memberikan standar hidup bagi orang lain sesuai dengan pandangan mereka. Apa yang dipikirkan dan dilihatnya dianggap kebenaran, bahkan dalam urusan pernikahan yang merupakan hak orang lain untuk menentukan kapan sebaiknya mereka memulai hidup baru dalam rumah tangga pun ikut dicampuri. Yang paling miris adalah, standar kecantikan perempuan justru diukur dari berat badan. Semakin kurus perempuan, semakin sempurna dia di mata orang-orang modern. Lalu di mana letak orang-orang dengan berat badan yang berada di atas 45 kilogram? Sebab standar kurus mereka—orang-orang modern itu—adalah perempuan dengan berat badan yang tidak melebihi angka 45 kilogram. Miris sekali sebenarnya menghadapi kenyataan ini. Bahwa tidak hanya laki-laki yang menetapkan standar perempuan cantik itu harus bertubuh kurus, namun dari kalangan perempuan sendiri, seringkali mengucilkan

Sastra Hijau dari Riau

Gambar
Judul               : Luka Perempuan Asap; Air Mata di Antara Pohon Sawit Penulis            : Nafi’ah al-Ma’rab Penerbit         : Tinta Medina Cetakan          : Pertama, 2017 Tebal              : 264 Halaman ISBN                : 978-602-0894-84-3             Mengawali dengan ending novel ini, aku tidak terlalu merasa terkesan. Bahkan tidak terkesan sama sekali. Akhir kisah yang sudah gampang tertebak jauh sebelum mengakhiri membaca keseluruhan ceritanya. Akhir kisah yang biasa-biasa saja dan cenderung sama dengan beberapa kisah pada umumnya. Padahal pada pertengahan buku aku sudah menaruh harap yang begitu tinggi bisa mendapatkan akhir kisah yang menarik atau sebaiknya tidak usah diberi akhir, jadi cukup digantung saja. Atau penilaianku ini cenderung subjektif hanya karena aku memang lebih suka kisah, baik cerita pendek maupun cerita panjang pada novel diakhiri dalam  bentuk hanging ending. Aku lebih suka diberi keleluasaan untuk memberikan kesimpulan sendiri. Ta